manfaat dari minyak ikan paus

Bila mendengar nama ikan Paus, yang terbayang di benak kita adalah seekor ikan berukuran besar seperti raksasa. Dan rasanya ikan Paus bukanlah jenis ikan yang mudah dipancing dan disajikan di meja makan, seperti ikan-ikan santapan lainnya. Tapi tahukah kamu, bahwa di desa Lamalera, kepulauan Lembata-Nusa Tenggara Timur [NTT], masyarakat nelayannya adalah pemburu ikan Paus? Ya, pekerjaan mereka adalah menangkap ikan Paus.

Sebenarnya penangkapan ikan Paus sudah dibatasi karena jumlahnya yang semakin sedikit. Namun karena mereka melakukan hal tersebut untuk memenuhi kehidupan sehari-hari dan hanya menggunakan peralatan tradisional, maka penangkapan ikan Paus tidak dilarang. Selain itu, menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Benyamin Khan dari Belanda, kegiatan penangkapan paus yang dilakukan para nelayan Lamalera tidak mempengaruhi habitat mereka karena jumlah tangkapannya sangat sedikit.

Masyarakat nelayan Lamalera menggunakan pledang atau perahu untuk menangkap ikan Paus. Satu Pledang biasanya berisi 10-12 matros [awak perahu] dan minimal ada seorang lamafa atau juru tikam, yang bertugas untuk menikamkan tombak ke tubuh ikan Paus. Pada puncak tombak terdapat tempuling, yaitu sebuah pisau bermata satu yang tipis dan panjangnya kira-kira 20-30 cm, bertangkai bambu yang disebut duri.

Ikan Paus yang biasa mereka tangkap adalah koteklema, atau paus jenis “sperm whale”. Koteklema memiliki badan yang besar, panjangnya berkisar 15 meter hingga 20 meter. Ia berpunggung lebar, mempunyai mulut dengan rahang bawah yang kecil serta bergigi. Bobotnya bisa mencapai sekitar 5 ton untuk tiap meter. Mereka mampu berenang dengan kecepatan 18 km/jam, atau 10 knot selama seharian penuh di depan perahu atau kapal yang akan menangkapnya. Wah, bisa kamu bayangkan betapa besarnya ikan Paus itu? Barangkali, kita pun bisa tinggal di dalam perutnya, seperti kisah Pinokio yang di makan ikan Paus.

Ikan Paus tidak selalu muncul. Biasanya musim berburu ikan Paus yang disebut lefa, berlangsung dari bulan Mei hingga Oktober. Pada masa ini, warga menggelar ritual tradisi dan keagamaan. Ritual tersebut dilakukan untuk mendoakan kedatangan ikan Paus dan keselamatan para nelayan yang pergi menangkap ikan Paus. Bila terdengar teriakan warga bersaut-sautan, “Baleo… Baleo… Baleo…”, itu berarti ada yang melihat ikan Paus melintas. Dan para nelayan pun segera bersiap-siap melaut. Mereka akan mendayung dan mengembangkan layar, mengejar kawanan koteklema yang terlihat menyembur-nyemburkan air untuk membuang nafas atau menampakkan punggungnya.

Jangan dikira mudah untuk menangkap ikan Paus yang besarnya berkali lipat dari tubuh manusia ini. Penangkapan ikan Paus penuh dengan resiko. Para nelayan haruslah bertubuh kuat dan berani. Bila tidak berhati-hati, kibasan ekor ikan Paus bisa membuat perahu nelayan terbalik. Pernah terjadi, seorang lamafa terseret ikan Paus ke kedalaman laut atau ke perairan yang jauh selama beberapa jam hingga beberapa hari. Ih, bagaimana kalau tidak bisa kembali ke daratan?

Penangkapan ikan Paus membawa berkah yang melimpah bagi masyarakat Lamalera, karena tubuh ikan Paus memiliki banyak kegunaan. Selain dagingnya yang bisa dimakan, Koteklema dikenal memiliki kulit lemak yang tebal. Minyak ikan Paus dipercaya mempunyai khasiat untuk menyembuhkan penyakit dalam. Warga Lamalera juga sangat mempercayai khasiat minyak paus sebagai pembersih lambung dan saluran pencernaan. Minyak koteklema terbanyak berada di bagian kepala dalam sebuah tangki di rongga kepalanya. Ditambah lagi, koteklema juga mempunyai hasil lain yang menakjubkan, yaitu cairan ambergris yang dimanfaatkan untuk industri parfum sebagai pengawet bau. Hm… seperti apa yah wanginya?

Warga Lamalera mempunyai aturan untuk membagikan perolehan mereka. Tuan tanah, pemilik kapal, lamafa, para matros dan orang-orang yang terlibat dalam membantu proses penangkapan diutamakan untuk mendapat bagian-bagian yang lebih penting. Seperti pemilik kapal berhak mendapatkan bagian dari jantung, selain daging dan lemaknya. Sayatan bagian ekor diberikan kepada matros yang ikut memburu ikan Paus. Para nelayan dan keluarganya yang sudah mengetahui hak pembagiannya akan menerima bagian mereka di pantai, kemudian mencucinya dengan air laut dan memasukkannya ke ember, bak, atau wadah-wadah lain. Nah, tradisi ini ingin menunjukkan bahwa berkat usaha bersama, hasil yang diperoleh juga akan dinikmati bersama. Menyenangkan bukan?

Bagi yang senang berpetualang dan ingin melihat perburuan ikan Paus, mengunjungi desa Lamalera merupakan kegiatan yang asyik dilakukan saat liburan datang.